Karapan sapi
Piala Presiden 2012 yang dilaksanakan di Bangkalan, Madura, hari minggu kemarin berbeda dengan yang
dilakukan tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya masih menggunakan
rekeng (cara kekerasan), tahun ini lomba
diadakan dengan tanpa menggunakan cara kekerasan. Rekeng yang dilakukan seperti
memberi balsam pada ekor dan mata sapi, hingga memukul sapi dengan menggunakan
pemukul kayu yang deberi paku.
Dalam pidato pada pembukaan ajang tahunan
kemarin, Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf atau yang
biasa disapa Gus Ipul juga menegaskan dukungannya terhadap Karapan
Sapi tanpa rekeng. “Karapan Sapi di Bangkalan ini akan menjadi awal pelaksanaan
karapan sapi tanpa kekerasan di Madura dan yang dilakukan di Sampang (yang
menggunakan rekeng) akan menjadi akhir dari praktik karapan dengan kekerasan,”
katanya.
Karapan sapi tanpa rekeng sebenarnya tidak
keluar dari budaya asli Madura. Menurut Kepala Badan Koordinator Wilayah
(Bakorwil) Pamekasan, Ir. Eddy Santoso MM. saat ditemui di tribun VIP, karapan
sapi tanpa rekeng adalah cara asli yang digunakan pencetusnya, yaitu Syeh Abdul
Badawi, atau yang dikenal Pangeran Katandur dari Sumenep. “Karapan sapi jangan
melenceng dari (aturan) awal. Harusnya mereka (pelaku Karapan Sapi) membaca
sejarah, biar tahu asal mula karapan sapi itu sebenarnya bagaimana,” tandasnya.
Karapan sapi dengan rekeng juga sudah banyak
ditentang oleh ulama-ulama di Madura, tapi karena masyarakat belum bisa melepas
pakem lama itu, jadi cara itu masih saja digunakan. Pria yang kemarin
menggunakan baju adat Madura itu juga menjelaskan bahwa penggunaan kekerasan
sudah ada larangannya dari agama ataupun dari Undang-Undang, hanya sekali lagi
masyarakat belum siap meninggalkan gaya yang sudah ada.
Pelaksanaan ajang tahunan kemarin itu juga
tidak kalah meriah dengan yang dilaksanakan tahun lalu yang masih menggunakan
balsam dan paku. Terbukti antusias masyarakat yang dating masih bagus. Dalam
pidatonya sebelum memberikan piala kepada sang jawara, Eddy juga mengharapkan
dukungan dari masyarakat agar pelaksanaan Karapan Sapi tanpa rekeng bisa
disetujui dan dipakai untuk acara tahun
depan.
Dalam acara kemarin, sepasang sapi dari Haji
Tohir keluar sebagai juara satu, mewakili Kabupaten Bangkalan. Sapi yang memang
sudah jadi favorit juara itu mengalahkan 11 pasang sapi lain di pertandingan Kelas Menang. Sementara di kelas
lainnya, Kelas Kalah, juga dipertandingkan 12 pasang sapi untuk didapatkan
juara satu, dua, dan tiga. Penentuan masuknya sapi ke Kelas Menang atau Kelas Kalah
ada pada saat perlombaan tingkat kabupaten, dimana nantinya setiap kabupaten
mengirim enam pasang sapi, dengan tiga pasang sapi di Kelas Menang, dan tiga
pasang sapi di Kelas Kalah. (Gunawan)
0 komentar:
Posting Komentar